Kesenian
Tari Aceh
Seni tari tradisional aceh dapat disajikan sebagai sebuah
paket wisata dengan tersedianya tenaga kreatif yang benar-benar memahami dan
menggemari kesenian Aceh yang ada didamping itu juga didukung oleh
pemain-pemain seni tari yang penuh didikasi mau belajar dengan sungguh-sungguh
untuk keperluan penyajian paket wisata budaya.
Seni
budaya yang dimiliki menjadi paket-paket yang sangat menarik karena
memperlihatkan ke khasannya tersendiri,proses pengolahannya menuntut kemampuan
estetika dan pandangan kedepan yang sesuai dengan landasan ideal masyarakat dan
tidak meyimpang dari ciri-ciri kepribadian masyarakat aceh.yang islami dan
tidak menyimpan dari spirit keislaman dan ini terlihat jelas dalam berbagai
tarian, baik sedati saman,debus,ranup lampuan dan taraian tradisional lainnya.
Berikut ini seni tari yang ada di
aceh antara lain :
Tari Saman
Tari
Saman diciptakan dan dikembangkan oleh seorang tokoh islam bernama Syeh Saman
,beliau menciptakan syairnya dengan menggunakan bahasa arab dan bahasa aceh
dengan iringan gerakan –gerakan tangan dan syair yang dilagukan membuat
seuasana menjadi gembira, gerakan tepukan dada,tepukan diatas lutut, mengangkat
tangan secara bergantian dengan gerakan dan kecepatan yang serasi menjadi ceri khasnya.
Tari Laweut
Laweut
berasal dari kata Seulawet , sanjungan pada Nabi Muhammad S.A.W tari ini di
persembahkan oleh delapan orang wanita yang disebut juga seudati iring. Tari
ini di pergunakan untuk menyampaikan pesan-pesan dalam keagamaan pendidikan dan
pembangunan.
Tari Tarek Pukat
Tari
ini merupakan tarian yang diangkat dari kehidupan nelayan pesisir aceh yaitu
membuat jarring “pukat” dan menangkap ikan dengan jaring ditengah laut. Suasana
menarik pukat dengan harapan mendapat ikan yang banyak dinyatakan dengan
semangat kerja keras da riang gembira yang sekali-kali terdengar teriakan
senang pawang laut.
Tari Cangklak
Tari
memgemalisasikan perempuan-perempuan cantik gemulai, energik dan sedikit genit
dengan berbagai aksesoris yang dipakai dalam mengelilingi lekuk tubuh
anggunnya, serta pelengkap busana yang senantiasa digunakan dan indetik dengan
perempuan seperti payung, kipas, sapu tangan, perpaduan gerak dan tarian yang
laku di aceh dengan tarian khas melayu dari daerah timur aceh.
Tari Meusago
Meusago
disini diartikan bersudut, bersegi dan berujung begitu lengkapnya persoalan
yang di hadapi dan ibadah manusia dengan manusia, dengan bermacam kehidupan
yang dihadapi dan ibadah atau hubungan dengan Tuhan, ide garapan tari ini sebagai
syimbol gotong royong dan persaudaraan merupakan wujud dari persatuan, satu
kipas barang bermakna tapi menakala bersamaan d paparkan menjadi satu mneuji
manfaat bagi kehidupan.
Musik Seurune Kalee
Seurune
Kalee adalah suatu alur kesenian yang sangat digemari di Aceh. Seurune Kalee
dalam bahasa Indonesia adalah seruling.Pemain Seurune Kalee terdiri dari satu
orang peniup seurune, satu orang pemukul gendang dan tiga orang pemukul rapai,
pemain memakai pakaian adat aceh “modifikasi” seragam warna hitam dan lilitan
kain bermotif aceh, sekarang musikk seurune kale di kehormatan dan mengiringi
tarian tradisional lainnya.
Rapai Daboh
Rapai
Daboh yaitu suatu permainan ketangkasan atau kekebalan. Permainan Rapai Daboh
terdiri dari seorang syekh yang bergelar “Khalifah”, beberapa orang penabuh
rebana (rapai), dan beberapa pemain rencong atau senjata tajam lainnya, dimana
saat mereka sedang menabuh rebana memukul rapainya sambil bernyanyi dengan
lagu-lagu tertentu terus menikam-nikam anggota badan dengan sehebat-hebatnya,
kadang-kadang rencongnya menjadi bengkok, yang semuanya berada dibawah
pimpinan/pengawasan khalifah. Apa sebab tubuh mereka tidak dimakan senjata, hal
ini menurut mereka oleh karena suatu keyakinan bahwa yang berkuasa hanya Khalik
(Tuhan) sedangkan makhluk sama-sama tidak berkuasa; jadi besi makhluk dan
manusia pun makhluk. Pada waktu para penabuh rapai sedang memukul rebana
sehebat-hebatnya, maka para pemain rencong memusatkan seluruh pikirannya pada
keyakinan diatas, sedikit pun tidak boleh bergoyang, dan kalau goyang pastilah
senjata akan makan tubuh mereka.
Tari Seudati
Seudati
adalah perpaduan antara seni suara dan seni tari. Seni Seudati adalah jenis
kesenian yang diciptakan setelah berdiri masyarakat islam Aceh yang berfungsi
sebagai dakwah dan hiburan. Seudati juga bernama Saman yang berasal kata dari
bahasa Arab yang berarti delapan. Dinamakan saman karena para pemainnya terdiri
dari delapan orang yaitu Syekh dan para pembantunya berpakaian seragam, yaitu
celana pantalon hitam atau putih, baju kaos putih berlengan panjang, di kepala
para penari memakai tangkulok.
Tari Rapai Geleng
Rapai
adalah jenis tamborin yang biasanya dipakai untuk mengiringi sebuah lagu atau
tarian. Permainan Rapai telah dikembangkan dan diiringi dengan lagu-lagu dan
berbagai macam lenggak-lenggok yang indah. Ini merupakan dobrakan penampilan
sebuah tarian baru yang disebut “Rapai Geleng”. Tarian ini dimainkan oleh 11
sampai 12 orang penari dan setiap mereka memainkan Rapai (tamborin kecil). Sambil
bermain Rapai dan menyanyikan lagu, mereka melakukan berbagai gerakan tubuh
yaitu tangan, kepala, dan lain-lain. Gerakan para penari hampir sama dengan
tarian Saman tetapi menggunakan Rapai. Tarian ini juga sangat dinikmati dan
menyenangkan.
Tari Meuseukat
Tarian
Meuseukat adalah tarian yang sangat pupuler di Aceh yang berasal dari Kab. Aceh
Selatan. Tarian ini dimainkan oleh 10 atau 12 penari dan 2 orang penyanyi.
Khusus untuk wanita mengambil posisi dengan cara duduk/berlutut dalam satu
barisan dan membuat gerakan tubuh dengan tangan dan kepala. Nyanyian yang
berisi pujian atau doa yang dimulai dengan gerakan lambat sampai dengan gerakan
cepat.
Tari Ranub Lampuan
Tari
Ranub Lampuan sangat terkenal di Aceh. Tari ini biasanya dimainkan untuk menyambut
tamu terhormat dan pejabat-pejabat yang berkunjung ke Aceh. Tari ini juga di
tampilkan pada acara-acara khusus, seperti para acara Preh linto, Tueng Dara
Baro. Tarian ini dimainkan oleh tujuh orang penari wanita dan diiringi dengan
instrumen musik tradisional Seurunee Kalee. Penari ditangannya memegang Cerana
atau Puan yang yang didalamnya berisi sirih (ranub) yang akan diberikan kepada
tamu-tamu sebagai tanda kemuliaan bagi tamu-tamunya. Tari Ranub Lampuan gubahan
dari Tarian Aceh.
Tari Likok Pulo
Tari
Likok Pulo dewasa ini sudah menjadi salah satu tari wajib bagi murid sekolah
dalam Kota Banda Aceh sebagai mata pelajaran kesenian muatan lokal. Karena pada
akhir tahun l980an nasib tarian ini hampir punah dan kembali diperkenalkan pada
PKA Pkan Kebudayaan AcehIII tahun l988 hingga sudah berkembang dan populer di
kalangan masyarakat. Asal mula tarian ini berkembang di kawasan Pulo Besar
Selatan dalam wilayah gugusan Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar, sekitar 30 mil
dari dararatan Kota
Banda Aceh. Maka tarian ini juga
dengan sebutan Likok Pulo Aceh. Tarian ini sebagai media pengembangan dakwah
Islam dimasa era kesultanan Aceh diciptakan oleh Ulama pendatang dari Arab yang
menetap di desa Ulee Paya dibawakan oleh 12 orang penari pria sambil duduk
rapat berlutut bahu membahu, dengan posisi sejajar. Di desa Ulee Paya dahulu
dipertunjukan di tepi pantai atas pasir sebagai pentasnya dan hanya digelari
sehelai tikar daun lontar atau pandan serta dibawakan pada malam hari sebagai
hiburan rakyat sambil berdakwah. Biasanya tarian ini mulai dipertunjukan puluk
21.00 WIB sampai menjelang subuh. Gerak tari Likok Pulo komposisinya dimulai
dengan gerakan salam anggukan kepala dan tangan yang diselangi gerakan pinggul.
Ritme tarian saling membentang dan seling ke kiri dan ke kanan sambil
melantunkan syair-syair pujian kepada Sang Khalik yang diiringi dengan musik
Rapai dan vokalis nyanyian syair Aceh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar